Penulis : Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag.
Penerbit : Prismasophie – Yogyakarta
Cetakan I : April 2009
Tebal : 176 halaman
Penerbit : Prismasophie – Yogyakarta
Cetakan I : April 2009
Tebal : 176 halaman
Ada banyak bentuk dan jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Sebut saja misalnya Pondok Pesantren, Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA),
Madrasah, Perguruan Tinggi Islam dan sebagainya. Kesemuanya itu,
sesungguhnya merupakan aset dari konfigurasi sistem pendidikan nasional.
Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut, sejatinya diharapkan
menjadi khasanah pendidikan Islam dan dapat membangun serta
memberdayakan umat Islam di Indonesia secara optimal. Namun pada
kenyataan pendidikan Islam di Indonesia tidak memiliki kesempatan yang
luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini.
Sebagai contoh adalah lembaga pendidikan Islam yang disebut dengan
madrasah. Sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam di tanah
air hingga hari ini madrasah masih dipandang sebelah mata. Keberadaannya
seakan turut mengindikasikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam di
Indonesia penuh dengan ketertinggalan, kemunduran dan dalam kondisi yang
serba tidak jelas. Memang terasa janggal dan mungkin juga lucu, karena
dalam suatu komunitas masyarakat muslim yang besar, madrasah kurang
mendapatkan kesempatan untuk berkembang secara optimal.
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam seharusnya
menjadi sentral khasanah pendidikan Islam. Membangun dan memberdayakan
umat Islam di Indonesia secara optimal. Namun pada kenyataannya
pendidikan Islam di Indonesia tidak memiliki kesempatan yang luas untuk
bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Mungkin ada benarnya
pepatah yang mengakatakan bahwa ayam mati kelaparan di lumbung padi.
Artinya, pada kenyataannya pendidikan Islam (madrasah) tidak mendapat
kesempatan yang luas dan seimbang dengan umatnya yang besar di seantero
nusantara ini.
Kehadiran buku “Strategi Madrasah Unggul” ini mencoba memberikan
warna baru dalam dunia lembaga pendidikan Islam. Drs. H. Farid Hasyim,
M.Ag., penulis buku ini, mengulas secara luas dan mendalam seputar
strategi mewujudkan madrasah unggulan. Guna mengembangkan madrasah
sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang berkelas, terkemuka,
unggul dan kredibel. Dengan bahasa yang mudah dicerna dan bahasan yang
mudah untuk diterapkan buku ini mengungkap kunci sukses untuk membangun
madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang berkualitas.
Dengan bercermin pada keberhasilan Pak Djalil, sapaan akrap Drs.
Abdul Djalil Zuhri, M.Ag., penulis memaparkan secara komplek
langkah-langkah Pak Djalil dalam mengembangkan madrasah. Kendatipun
tidak sekaliber A. Malik Fadjar yang telah menduduki posisi puncak dua
departemen (Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama), namun
beliau telah menempati posisi unik dalam dinamika pendidikan Islam
kontemporer. Keberhasilannya dalam mewujudkan madrasah unggulan tidak
hanya diakui di kawasan Kota Malang dan sekitarnya, namun juga telah
meroket ke ranah nasional.
Dengan maksud membandingkan, bagi Pak Djalil, dalam pengembangan
madrasah tidak perlu lagi wacana retorika. Tindakan dan langkah nyata
justru jauh lebih berarti dalam mengatasi masalah akut yang dialami
madrasah-madrasah selama ini. Beliau juga meyakini, apapun kemajuan
madrasah yang dikehendaki harus melalui proses kebijakan pengembangan.
Dalam hal ini setidaknya perlu mengakomodasikan tiga kepentingan utama.
Pertama, bagaimana kebijakan tersebut masih memberi ruang tumbuh yang
wajar bagi aspirasi utama umat Islam. Yakni menjadikan madrasah sebagai
wahana untuk membina ruh atau praktik hidup keislaman. Dalam hal ini
madrasah dituntut dapat melahirkan golongan terpelajar (leaner society)
yang bisa menjalankan peran tafaqquh fid-diin.
Kedua, bagaimana kebijakan pengembangan itu memperjelas dan
memperkukuh keberadaan madrasah sebagai ajang membina warga negara yang
cerdas, berpengetahuan, berkepribadian serta produktif, sederajat dengan
sekolah. Porsi dari kebijakan ini agar program kegiatan pendidikan
madrasah sanggup mengantarkan peserta didik memiliki penguasaan ilmu
pengetahuan umum dan mengembangkan keterampilan kerja. Dan ketiga,
bagaimana kebijakan pengembangan madrasah dapat merespon tuntutan masa
depan. Karena itulah madrasah harus diarahkan kepada lembaga yang
memiliki kesanggupan untuk melahirkan sumber daya manusia yang memiliki
kesiapan globalisasi dan era industrialisasi dengan tetap mempertahankan
kulturnya sebagai institusi yang memiliki kepentingan keagamaan.
Banyak upaya yang telah dilakukan Pak Djalil. Keahliannya
mengantarkan madrasah menjadi lembaga pendidikan berkelas sudah banyak
terbukti. Lebih-lebih setelah sekian kali beliau memimpin lembaga
pendidikan Islam mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas. Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Malang I, Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I dan
Madrasah Aliyah Negeri Malang III adalah lembaga pendidikan Islam yang
telah dikelola dengan baik oleh Pak Djalil. Sebagai tokoh pendidikan,
beliau sekaligus memiliki peran ganda sebagai pemikir, birokrat dan
praktisi pendidikan dengan menduduki posisi puncak lembaga pendidikan
terpadu tersebut.
Gagasan segarnya mengenai konsep pendidikan Islam telah banyak beliau
wujudkankan diberbagai kesempatannya dalam memimpin banyak lembaga
pendidikan Islam termasuk madrasah-madrasah yang sempat beliau pimpin.
Menggambarkan komitmen dan dedikasinya sebagai figur dalam artikulasi
berbagai dimenasi yang dimilikinya secara utuh. Pak Djalil seakan mampu
mengkomulasikan dua kepentingan sekaligus, yaitu kepentingan umat dan
kepentingan pemerintah. Adalah relevan untuk mengabadikan pribadi Pak
Djalil yang menyejarah tersebut, sebagai upaya meneladaninya dalam
dinamika pembangunan saat ini khususnya dalam dunia pendidikan Islam
masa depan.
Lembaga pendidikan Islam pada umumnya dan madrasah pada khususnya
tetap saja masih memiliki banyak masalah yang kompleks dan berat. Bukan
hanya karena dunia pendidikan Islam dituntut untuk memberikan
konstribusi bagi kemoderenan dan tendensi globalisasi, namun mau tidak
mau lembaga pendidikan Islam juga dituntut menyusun langkah-langkah
perubahan yang mendasar, menuntut terjadinya diversifikasi dan
diferensiasi keilmuan dan atau mencari pendidikan alternatif yang
inovatif.
Betapapun prestasi yang telah diukir oleh Pak Djalil dalam
mengembangkan madrasah yang penah beliau pimpin, patut digarisbawahi
bahwa kerangka buku ini tidak hanya menampilkan sosok Pak Djali sebagai
dewa penyelamat atas pengapnya dunia pendidikan Islam di tanah air,
namun penulis juga merekomendasikan kepada siapapun yang terlanjur
terjun di berbagai lembaga pendidikan Islam agar berkenan mengambil
pesan positif dari gerak langkah Pak Djalil.
Menurutnya, madrasah masih memiliki banyak ruang strategis dan mampu
menjadi tempat persemaian bibit kebangkitan Islam melalui dunia
pendidikan. Dengan catatan keinginan untuk menjadikan madrasah unggulan
dan berkualitas akan dapat terwujud bila dikelola dan ditangani dengan
serius dan sungguh-sungguh. Hadirnya buku ini tentu akan menjadi
inspirasi baru bagi kita semua. Semoga!
*) Ahmad Makki Hasan
Mahasiswa S-2 UIN Malang, Alumnus Pon-Pes Zainul Hasan Genggong Probolinggo dan kini sebagai Guru SMA Negeri 1 Kota Malang.
Mahasiswa S-2 UIN Malang, Alumnus Pon-Pes Zainul Hasan Genggong Probolinggo dan kini sebagai Guru SMA Negeri 1 Kota Malang.